TUGAS
ILMU
BUDAYA DASAR
“SUKU
DAYAK BAKUMPAI”
Nama
: Muhammad Januardi Santoso
Kelas :
1Ia02
Npm :
57414381
Fakultas : Teknik Industri
Jurusan :
Teknik Informatika
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat
dilihat dari kondisi sosiokultural, agama maupun geografis yang begitu beragam
dan luas. Sekarang ini, jumlah pulau
yang ada di wilayah Negara kesatuan republik indonesia (NKRI) sekitar 13.000
pulau besar dan kecil. Populasi penduduknya berjumlah lebih dari 200 juta jiwa,
terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain
itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam,
Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta berbagai macam aliran
kepercayaan.
Kebudayaan
adalah salah satu aset penting bagi sebuah Negara berkembang, kebudayaan tersebut
untuk sarana pendekatan sosial, simbol karya daerah, asset kas daerah dengan
menjadikannya tempat wisata, karya ilmiah dan lain
sebagainya. Dalam hal ini suku Dayak Kalimantan yang mengedepankan budaya leluhurnya, sehingga
kebudayaan tersebut sebagai ritual ibadah mereka dalam menyembah sang pencipta
yang dilatarbelakangi kepercayaan tradisional yang disebut Kaharingan. Sebagai
bukti ragam budaya Indonesia yaitu tradisi Tiwah sebagai salah satu kebudayaan masyarakat
Dayak Ngaju Propinsi Kalimantan Tengah yangpada mulanya sebuah tradisi
kepercayaan masyarakat Kaharingan. Berbagaimacam prosesi yang terjadi pada acara
tersebut, diantaranya: Ngayau (penggalkepala), ritual Tabuh (tidak tidur selama
dua malam dengan diselingi minum. Dari uraian di atas saya tertarik untuk
membuat makalah yang terkait lebih dengan mengambil judul "Kebudayaan Suku
Dayak".
PEMBAHASAN
Suku dayak
Suku
Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di
pedalaman, gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan
oleh orangorang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orangorang Dayak sendiri
sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif.
Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan
gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Pada
tahun 19771978 saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian
nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia
mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan
yang sekarang disebut pegunungan “MullerSchwaner”. Suku Dayak merupakan
penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orangorang Melayu dari Sumatra
dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.
Suku
Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering
disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang
hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 13091389 .
Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian
masuk daerah pedalaman. Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam
yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu sekitar
tahun 1608 .
Sebagian
besar suku Dayak memeluk Islam dan tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak,
tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang
Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di
Kalimantan Tengah, bermukim di daerahdaerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang
Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk
rimba. Orang Dayak pemeluk Islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan
sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal
adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum).
Tidak
hanya dari nusantara, bangsabangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa
Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun
13681643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di
kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa
datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam.
Kedatangan
bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki
pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama
dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan
orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku
Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik.
B.
Bahasa Suku Dayak
Dayak
Kanayatn memakai bahasa ahe/nana' serta damea/jare dan yang serumpun.
Sebenarnya secara isologis (garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan
kosa kata yang serumpun) sangat sulit merinci khazanah bahasanya. Ini
dikarenakan bahasa yang dipakai sarat dengan berbagai dialek dan juga logat
pengucapan. Beberapa contohnya ialah : orang Dayak Kanayatn yang mendiami wilayah
Meranti (Landak) yang memakai bahasa ahe/nana' terbagi lagi ke dalam bahasa
behe, padakng bekambai, dan bahasa moro. Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke
(Landak) terbagi dalam Bahasa satolongelampa', songga batukngngalampa' dan
angkabakngngabukit. selain itu percampuran dialek dan logat menyebabkan
percampuran bahasa menjadi bahasa baru. Banyak Generasi Dayak Kanayatn saat ini
tidak mengerti akan bahasa yang dipakai oleh para generasi tua. Dalam
komunikasi saat ini, banyak kosa kata Indonesia yang diadopsi dan kemudian
"diDayakkan". Misalnya ialah :bahasa ahe asli : Lea ,bahasa
indonesia : seperti ,bahasa ahe sekarang : saparati .Bahasa yang dipakai
sekarang oleh generasi muda mudah dimengerti karena mirip dengan bahasa
indonesia atau melayu.
C.
Sistem Kepercayaan Suku Dayak
Masyarakat
Dayak memiliki keyakinan tentang wujud tertinggi dimana segala kekuatan yang
ada di jagad raya berasal dari Yang Tunggal. Wujud tertinggi itu menguasai
manusia, dewa, roh halus, dan roh leluhur. Dewa dan roh halus diberi tugas
untuk menjaga dan menguasai suatu tempat tertentu dalam dunia ini, sehingga
untuk mewujudkan keyakinan tersebut, orang Dayak senantiasa melakukan hubungan
religius dengan Jubata, roh leluhur, dan roh halus yang banyak memberikan
pertolongan dalam kehidupan mereka.
Sistem
kepercayaan atau agama asli bagi masyarakat Dayak Kanayatn tidak dapat
dipisahkan dengan nilainilai kehidupan mereka. Kepribadian, tingkah laku,
sikap, perbuatan dan kegiatan social seharihari dibimbing, didukung, dan
dihubungkan tidak saja dengan sistem kepercayaan dan ajaran agama, tetapi juga
dengan nilai budaya dan etnisitas. Kompleksitas kepercayaan tersebut
berhubungan erat dengan tradisi dalam masyarakat yang mengandung dua hal prinsip,
yaitu (1) unsur kepercayaan nenek moyang yang menekankan pada pemujaan, dan (2)
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa dengan kekuasaan tertingginya sebagai kausa
prima dari kehidupan manusia.1. Sistem kepercayaan seperti ini mengandung emosi
religius yang merupakan unsur kesatuan dan memerlukan penegasan yang
direalisasikan dalam bentuk upacara tersebut.
Kebanyakan
orang Dayak tidak mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa (zaman dulupenulis), namun
sikap keyakinannya tidak dapat dikategorikan dalam animisme, sebab agama justru
berkembang dari asumsi dasar bahwa di dalam alam terdapat daya hidup atau
kekuatan hidup dalam bendabenda tertentu atau gejalagejala alam, seperti
sungai yang mengalir deras dan bergemuruh, gunung yang tinggi, pohon besar,
matahari yang bersinar terang, kilat dan petir yang menyambar dahsyat.
Macammacam
Kesenian Suku Dayak :
Kebudayaan
suku Dayak yang khas membentuk estetika yang tercermin dalam budaya dan keseniannya,
meliputi seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa, dan sebagainya.
Tarian suku dayak
1.
Tari Gantar
Tarian
ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acaraacara lainnya.Tari
ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak
Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn,
Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.
2.
Tari Kancet Papatai / Tari Perang
Tarian
ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya.
Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadangkadang
diikuti oleh pekikan si penari.
Dalam
tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah
dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang.
Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.
Berikut
adalah beberapa kesenian musik suku Dayak :
1.
Ngendau
Ngendau
ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para remaja baik
lakilaki ataupun perempuan secara bersautsautan.
2.
Kalalailalai
Kalalailalai
ialah nyanyian yang disertai taritarian Suku Dayak Mamadi daerah Kotawaringin.
3.
Natum
Natum
ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan.
Alat
musik yang biasa terdapat di dalam kebudayaan Suku Dayak adalah sebagai berikut
:
1.
Garantung
Garantung
adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah, terbuat dari tembaga.
2.
Sarun
Sarun ialah alat musik
pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang dihasilkan hanya lima nada.
3.
Salung
Salung
sama dengan Sarun, tetapi Salung terbuat dari bambu.
D.
Rumah Adat Suku Dayak
Suku
terbesar di Indonesia yaitu suku Dayak, suku yang menempati pulau terbesar di
Indonesia ini. Suku Asli pulau Kalimantan ini mempunyai adat dan budaya kental
dan khas dan cukup terkenal di dunia.
Salah
satu budaya suku dayak bisa kita lihat dari karya seni mulai ukiran sampai
motif dayak, nah kali ini kita membahas tentang arsitektur bangunan Rumah
Betang. Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di
berbagai penjuru Kalimantan. Suku Dayak hidupnya berkelompok, membentuk koloni
dari anggota keluarga mereka. Dengan
gaya
hidup berkelompok tersebut sangat mempengaruhi bentuk dan besar dari rumah
mereka. Perkampungan suku dayak tersebar pada daerah hulu sungai, dimana sungai
merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai
mobilitas kehidupan seharihari seperti bekerja ke ladang dimana ladang suku
Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas
perdagangan hasil kebun. Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi, itu
tergantung seberaba besar dan banyak keluarga mereka. Kaluarga besar suku Dayak
biasanya tinggal dalam satu atap / satu rumah, oleh karena itu ada rumah Betang
yang bisa mempunyai panjang mencapai 150 meter dan lebar hingga 30 meter bahkan
ada yang lebih. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian
tiga sampai lima meter dari permukaan tanah. tujuan dari rumah panggung
tersebut untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim penghujan karena
sering sungai meluap dan terjadii di daerahdaerah hulu sungai di Kalimantan.
E.
Pakaian Adat Dayak
Pakaian
adat untuk wanita disebut Ta a dan pakaian untuk pria disebut sapei sapaq.
Biasanya pakaian adat itu mereka kenakan saat acara besar dan untuk menyambut
tamu agung.
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
paparan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai jawaban atas permasalahan yang diangkat yaitu antara lain:
1.
Sebagian masyarakat suku dayak
pada dasarnya masih sangat menghargai kebudayaan tersebut dan juga sangat
menghormati leluhur mereka, karena dalam kehidupan mereka sangat percaya pada
leluhur mereka, apapun yang ditinggalkan oleh leluhur mereka itulah yang wajib
dikerjakan dan mereka beranggapan bahwa bila ini tidak dijalankan maka aka nada
bencana bagi keluarga mereka dan juga orang yang ada disekitar mereka .
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia .org/wiki/Suku_Dayak_Bakumpai
http://protomalayans.blogspot.com/2012/06/sukudayakbakumpai.html
http://www.anneahira.com/sukusakai.htm
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2288/thesakaitraditionalmarriageceremony
http://www.wisatamelayu.com/id/news/11975SukuSakaiDimintaLestarikanBudaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar